Dalam membangun suatu bangunan, dibutuhkan perhitungan dan perencanaan yang sangat matang. Perhitungan dan perencanaan yang matang dibutuhkan untuk memenuhi standar kekuatan, keselamatan, kenyamanan dan juga rencana usia bangunan, agar bangunan bisa berdiri dalam jangka waktu yang lama.
Dan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk melihat standar kekuatan dan keselamatan suatu bangunan yaitu bisa dengan melakukan pengujian struktur bangunan. Pengujian pada struktur bangunan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan, bahwa material konstruksi yang digunakan sudah aman dan juga tidak mengandung risiko kerusakan yang bisa membahayakan penghuninya.
Pengujian pada struktur bangunan sendiri terdapat dua macam, yaitu Non Destructive Test dan Destructive Test. Dan yang akan kita bahas di artikel ini adalah mengenai Destructive Testing.
Apa Itu Destructive Testing?
Sesuai namanya, Destructive Testing merupakan pengujian yang sifatnya merusak. Destructive Test atau biasa disingkat DT adalah metode pengujian yang menyebabkan kerusakan pada material yang diuji untuk melihat sifat fisiknya, seperti sifat kekerasan, mekanik kekuatan, fleksibilitas, dan ketangguhan.
Biasanya, pengujian ini dilakukan untuk menguji material-material yang diproduksi secara massal, dan kemudian diambil beberapa sampel untuk diuji demi melihat kualitas material secara keseluruhan. Material yang diuji bisa seperti baja, beton, besi, alumunium, stainless, dan lain-lain.
Pengujian Destructive Testing juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi kemampuan alat-alat keselamatan agar bisa tetap berfungsi pada keadaan apapun, seperti di kondisi yang ekstrem. Seperti misalnya kemampuan respirator yang diuji agar bisa tetap berfungsi di suhu yang cukup tinggi.
Perbedaan Non Destructive Test dan Destructive Test
Non Destructive Test atau biasa disingkat NDT tentunya mempunyai perbedaan dengan DT dalam teknik pengujiannya. Satu hal yang sudah sangat jelas perbedaannya yaitu NDT bersifat tidak merusak, sedangkan DT adalah pengujian yang sifatnya merusak. Perbedaan lainnya bisa diperhatikan dari hal-hal seperti berikut:
Perbedaan dari Teknik Pengujian
Sebagai contohnya, dalam pengujian NDT dibutuhkan bahan lain untuk material yang diuji, seperti ketika ingin melakukan Dye Penetrant Test maka kita membutuhkan cat yang berperan sebagai cairan penetrant supaya tidak merusak material dari benda yang diuji.
Sedangkan dalam DT, pengujian langsung dilakukan pada benda yang akan diuji. Seperti contohnya ketika ingin melihat performa beton, maka beton akan langsung ditekan dengan mesin sampai hancur.
Perbedaan dari Tujuan Pengujian
Perbedaan selanjutnya antara NDT dan DT yaitu dari segi tujuan pengujian. Pada dasarnya, pengujian NDT bertujuan untuk maintenance suatu material atau konstruksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui, apakah terdapat kerusakan pada material yang diuji.
Sementara itu, pengujian DT bertujuan untuk menguji performa dari suatu material. Karena DT adalah pengujian untuk melihat performa material, oleh sebab itu pengujian ini harus dilakukan sampai tahap merusak, untuk mengetahui apakah material bisa tahan dalam kondisi apapun.
Perbedaan dari Segi Waktu
Perbedaan terakhir yaitu dari segi waktu dan energi yang dihabiskan. Biasanya, alat uji NDT rata-rata berukuran kecil untuk pengujian pada bidang material yang luas. Karena itu, pengujian perlu dilakukan berulang pada bidang lainnya supaya mendapat hasil yang maksimal. Hal ini tentu bisa menguras energi manusia.
Sedangkan untuk DT hanya memerlukan beberapa sampel material dan tenaga mesin untuk melakukan pengujian.
Langkah-Langkah Proses Destructive Testing
Seperti yang sudah disinggung sedikit, tujuan dari Destructive Testing yaitu untuk melihat performa daya tahan suatu material dengan cara merusaknya. Berikut adalah langkah-langkah proses DT, dengan mengikuti langkah ini maka akan menghasilkan material yang berkualitas.
1. Pengujian Tarik
Pengujian tarik atau tensile testing adalah pengujian dengan cara menarik material yang diuji hingga putus. Pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa kuat material apabila ditarik.
2. Pengujian Tekan
Pengujian tekan atau compressed tester adalah pengujian dengan cara menekan suatu material menggunakan mesin yang gaya tekannya lebih besar sampai material hancur. Tujuan dari pengujian ini untuk melihat seberapa besar kekuatan material.
3. Pengujian Bengkok
Pengujian bengkok atau bending tester merupakan pengujian dengan cara menekan bagian samping material sampai bengkok hingga membentuk lipatan dan hancur. Tujuan dari pengujian ini untuk melihat kekuatan material apabila dibengkokkan bisa bertahan lama atau tidak.
4. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan atau hardness tester merupakan pengujian dengan cara menekan satu titik di material sampai menembus lapisan material. Pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa keras material, dan biasanya material yang diuji adalah material yang terbentuk dari logam.
Jasa Destructive Testing yang Terpercaya di Indonesia
Apabila Anda berminat untuk melakukan pengujian Destructive Test, PT Graha Survei Indonesia hadir dengan senang hati untuk melayani Anda. Mulai dari identifikasi material, penyiapan peralatan yang dibutuhkan, pengujian, pencatatan hasil, hingga evaluasi akan kami lakukan dengan maksimal.
Kenapa kami? Kami berpengalaman dengan sudah menangani ribuan pekerjaan assessment dan audit struktur, baik di dalam negeri dan di luar negeri. Kami didukung oleh tenaga ahli, engineer, dan teknisi yang berkompeten di bidangnya. Dan juga kami memiliki sertifikasi ISO 9001 certified by TUV SUD.
Kesimpulan
Pada dasarnya, Destructive Testing adalah simulasi kemampuan material terhadap beban. Jadi, suatu beban akan diaplikasikan ke material yang diuji untuk mengetahui, seberapa kuat material tersebut mampu untuk menahan beban.
Lantas, kenapa perlu dilakukan uji Destructive Testing? Yang pertama untuk meyakinkan kualitas material, kemudian untuk menguji sifat material, dan terakhir untuk mencegah kegagalan. Untuk informasi lebih lanjut, Hubungi Kami.