Struktur Bangunan Tahan Gempa: Pengertian, Ciri-ciri dan Tata Caranya

[us_single_image image=”2181″]

Indonesia adalah salah satu negara yang berada di dalam zona Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik. Ring of Fire adalah sebuah jalur pegunungan berapi yang membentang di Samudra Pasifik. Akibatnya, negara yang dilalui oleh jalur Ring of Fire ini menyebabkan negara tersebut rawan gempa bumi, termasuk Indonesia. Karena itu, pihak yang bersangkutan secara berkala mengupdate tata cara perencanaan ketahanan gempa terbaru.

Di Indonesia hampir setiap tahunnya terjadi gempa bumi, mulai dari skala kecil hingga skala besar. Banyak konstruksi bangunan yang mengalami kerusakan dan bahkan ada beberapa yang ambruk. Efeknya, banyak masyarakat yang menjadi korban karena tertimpa puing-puing bangunan yang runtuh.

Setelah dilakukan investigasi oleh pihak yang bersangkutan, banyak bangunan yang belum memenuhi standar struktur bangunan tahan gempa. Karena itu, sebagai bentuk mitigasi, maka setiap bangunan harus menggunakan struktur bangunan yang tahan gempa.

Apa Itu Struktur Bangunan Tahan Gempa?

Estetika bentuk bangunan memang penting sebagai cara untuk memperindah bangunan dan menarik perhatian banyak orang. Tetapi yang harus diutamakan terlebih dahulu adalah struktur konstruksi bangunan yang kuat. Struktur bangunan tahan gempa menjadi bagian yang sangat penting untuk diperhatikan dalam perencanaan konstruksi bangunan.

Struktur bangunan yang tahan gempa adalah jenis konstruksi yang mempunyai metode penahan gaya dinamik gempa, mampu bertahan ketika sedang terjadi gempa serta kuat dalam meredam goncangan di masing-masing struktur bangunan gempa.

Jadi, suatu bangunan bisa dikatakan sebagai bangunan tahan gempa ketika bangunan tersebut bisa merespon gempa dengan sifat daktilitas yang mampu mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur bangunan tetap berdiri kokoh.

Ciri-Ciri Bangunan yang Tahan Gempa

Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang dirancang dan diperhitungkan dengan sangat matang, seperti merancang dan memperhitungkan kombinasi beban, penggunaan material, dan penempatan massa struktur yang terpisah tapi tetap saling berhubungan satu sama lain.

Berikut adalah ciri-ciri bangunan yang tahan gempa:

Desain Bangunan Simetris

Ciri pertama yaitu bangunan memiliki desain yang simetris. Desain bangunan yang simetris sangat baik untuk memperkuat struktur bangunan. Bangunan yang simetris mampu menahan beban gempa yang lebih baik, karena kekuatan struktur yang merata serta kurangnya efek torsi.

Fleksibel

Ciri kedua yaitu bangunan memiliki struktur yang fleksibel atau tidak kaku. Struktur bangunan yang kaku cenderung lebih rentan mengalami keretakan apabila terjadi gempa. Berbeda dengan struktur bangunan yang fleksibel, bangunan akan menjadi lebih kuat.

Komponen Struktur Saling Mengikat

Ciri terakhir bangunan tahan gempa yaitu bisa diketahui dari komponen struktur yang saling mengikat. Komponen struktur yang saling mengikat satu sama lain bisa memperkuat bangunan karena beban gempa akan disalurkan secara lebih merata.

Hal yang Harus Diperhatikan Saat Membangun Bangunan Tahan Gempa

Ketika berencana membangun suatu bangunan, ada tiga hal yang harus diperhatikan dengan cermat yaitu adalah fondasi, beton, serta beton bertulang.

Fondasi

Fondasi adalah bagian penting dari setiap bangunan. Fondasi terletak di dasar paling bawah bangunan dan memiliki peran untuk mengalirkan beban ke tanah. Karena itu fondasi biasa dikenal sebagai penopang beban bangunan.

Fondasi memiliki cara kerja dengan menahan beban dari bangunan yang ada di atasnya, kemudian disalurkan melewati elemen struktur vertikal atau horizontal yang selanjutnya beban tersebut terus disalurkan sampai ke dasar tanah.

Dalam membuat fondasi, harus didasari oleh beberapa hal, seperti fungsi dari bangunan yang akan dibangun, jenis tanah, kedalaman dan kekerasan tanah, serta biaya.

Beton

Beton adalah material yang cukup umum digunakan untuk bangunan. Penggunaan beton dalam bangunan tahan gempa harus dibuat lebih kokoh dengan mengikuti standar terkini supaya lebih aman. Beton dibuat dengan campuran semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), dan air yang kemudian membentuk massa padat.

Keunggulan beton adalah mempunyai kuat tekan yang tinggi, namun kuat tarik yang dimiliki beton rendah. Untuk menangani kekurangannya terhadap tarik, maka beton perlu dikombinasikan dengan baja tulangan agar menjadi beton bertulang, karena baja tulangan memiliki kuat tarik yang tidak dimiliki beton.

Beton Bertulang

Beton bertulang adalah elemen penting dalam membuat bangunan tahan gempa. Berdasarkan SNI 03-2847-2002, tulangan yang bisa dipakai pada material beton bertulang ditetapkan hanya pada kawat baja dan baja tulangan saja.

Selain itu, kualitas dari beton bertulang bisa melindungi besi dari pengaruh luar, seperti korosi. Karena itu pengerjaan beton bertulang harus sangat diperhatikan. Pemakaian alat bantu seperti vibrator maupun molen sangat dianjurkan karena bisa memproduksi beton bertulang dengan kualitas tinggi.

Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Terbaru

Saat ini, Badan Standardisasi Nasional (BSN) sudah menetapkan tata cara perencanaan gempa terbaru, yaitu SNI 1726:2019. Secara garis besar, SNI terbaru ini membahas Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Struktur Bangunan Gedung maupun Non Gedung. Aturan ini adalah revisi dari SNI 1726:2012.

Berikut adalah sedikit rangkuman dari SNI 1726:2019.

Kombinasi Beban

Suatu sistem struktur harus bisa menahan beban-beban yang bekerja. Beban yang dimaksud adalah beban terfaktor yang mempunyai peluang bekerja secara berbarengan (kombinasi).

Metode Analisis Beban Gempa

Ada beberapa metode analisis beban gempa yang dapat dilakukan sesuai dengan kriteria struktur, seperti metode statis ekivalen (beban lateral ekivalen), metode spektrum respon, dan metode riwayat waktu.

Simpangan Antartingkat

Simpangan antartingkat adalah jarak besar simpangan dari lantai tinjauan terhadap lantai di bawahnya. Pada SNI 1726:2019, terdapat nilai maksimum simpangan antartingkat yang diizinkan. Nilainya tergantung dari kategori risiko bangunan serta tipe strukturnya.

Struktur Atas dan Struktur Bawah

Struktur atas adalah semua elemen yang berada di atas muka tanah, seperti balok, pelat, serta kolom. Sedangkan struktur bawah adalah seluruh elemen yang terletak di bawah muka tanah, seperti basement dan fondasi.

Kesimpulan

Bangunan yang sudah menerapkan struktur bangunan tahan gempa bukan berarti tidak bisa mengalami kerusakan. Tetapi, bangunan yang sudah menerapkan struktur ketahanan gempa bisa mengalami kerusakan dengan catatan, kerusakan masih dalam batas ketentuan yang berlaku.

Jika Anda berencana untuk membangun struktur bangunan tahan gempa, Anda bisa berkonsultasi dengan kami. Kenapa kami? Karena kami sudah berpengalaman di bidang jasa konstruksi dengan sudah mengerjakan ribuan Jobs Assessment dan Audit Struktur. Hubungi kami.

Destructive Testing: Pengujian Merusak demi Kualitas Material

[us_single_image image=”2176″]

Dalam membangun suatu bangunan, dibutuhkan perhitungan dan perencanaan yang sangat matang. Perhitungan dan perencanaan yang matang dibutuhkan untuk memenuhi standar kekuatan, keselamatan, kenyamanan dan juga rencana usia bangunan, agar bangunan bisa berdiri dalam jangka waktu yang lama.

Dan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk melihat standar kekuatan dan keselamatan suatu bangunan yaitu bisa dengan melakukan pengujian struktur bangunan. Pengujian pada struktur bangunan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan, bahwa material konstruksi yang digunakan sudah aman dan juga tidak mengandung risiko kerusakan yang bisa membahayakan penghuninya.

Pengujian pada struktur bangunan sendiri terdapat dua macam, yaitu Non Destructive Test dan Destructive Test. Dan yang akan kita bahas di artikel ini adalah mengenai Destructive Testing.

Apa Itu Destructive Testing?

Sesuai namanya, Destructive Testing merupakan pengujian yang sifatnya merusak. Destructive Test atau biasa disingkat DT adalah metode pengujian yang menyebabkan kerusakan pada material yang diuji untuk melihat sifat fisiknya, seperti sifat kekerasan, mekanik kekuatan, fleksibilitas, dan ketangguhan.

Biasanya, pengujian ini dilakukan untuk menguji material-material yang diproduksi secara massal, dan kemudian diambil beberapa sampel untuk diuji demi melihat kualitas material secara keseluruhan. Material yang diuji bisa seperti baja, beton, besi, alumunium, stainless, dan lain-lain.

Pengujian Destructive Testing juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi kemampuan alat-alat keselamatan agar bisa tetap berfungsi pada keadaan apapun, seperti di kondisi yang ekstrem. Seperti misalnya kemampuan respirator yang diuji agar bisa tetap berfungsi di suhu yang cukup tinggi.

Perbedaan Non Destructive Test dan Destructive Test

Non Destructive Test atau biasa disingkat NDT tentunya mempunyai perbedaan dengan DT dalam teknik pengujiannya. Satu hal yang sudah sangat jelas perbedaannya yaitu NDT bersifat tidak merusak, sedangkan DT adalah pengujian yang sifatnya merusak. Perbedaan lainnya bisa diperhatikan dari hal-hal seperti berikut:

Perbedaan dari Teknik Pengujian

Sebagai contohnya, dalam pengujian NDT dibutuhkan bahan lain untuk material yang diuji, seperti ketika ingin melakukan Dye Penetrant Test maka kita membutuhkan cat yang berperan sebagai cairan penetrant supaya tidak merusak material dari benda yang diuji.

Sedangkan dalam DT, pengujian langsung dilakukan pada benda yang akan diuji. Seperti contohnya ketika ingin melihat performa beton, maka beton akan langsung ditekan dengan mesin sampai hancur.

Perbedaan dari Tujuan Pengujian

Perbedaan selanjutnya antara NDT dan DT yaitu dari segi tujuan pengujian. Pada dasarnya, pengujian NDT bertujuan untuk maintenance suatu material atau konstruksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui, apakah terdapat kerusakan pada material yang diuji.

Sementara itu, pengujian DT bertujuan untuk menguji performa dari suatu material. Karena DT adalah pengujian untuk melihat performa material, oleh sebab itu pengujian ini harus dilakukan sampai tahap merusak, untuk mengetahui apakah material bisa tahan dalam kondisi apapun.

Perbedaan dari Segi Waktu

Perbedaan terakhir yaitu dari segi waktu dan energi yang dihabiskan. Biasanya, alat uji NDT rata-rata berukuran kecil untuk pengujian pada bidang material yang luas. Karena itu, pengujian perlu dilakukan berulang pada bidang lainnya supaya mendapat hasil yang maksimal. Hal ini tentu bisa menguras energi manusia.

Sedangkan untuk DT hanya memerlukan beberapa sampel material dan tenaga mesin untuk melakukan pengujian.

Langkah-Langkah Proses Destructive Testing

Seperti yang sudah disinggung sedikit, tujuan dari Destructive Testing yaitu untuk melihat performa daya tahan suatu material dengan cara merusaknya. Berikut adalah langkah-langkah proses DT, dengan mengikuti langkah ini maka akan menghasilkan material yang berkualitas.

1. Pengujian Tarik

Pengujian tarik atau tensile testing adalah pengujian dengan cara menarik material yang diuji hingga putus. Pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa kuat material apabila ditarik.

2. Pengujian Tekan

Pengujian tekan atau compressed tester adalah pengujian dengan cara menekan suatu material menggunakan mesin yang gaya tekannya lebih besar sampai material hancur. Tujuan dari pengujian ini untuk melihat seberapa besar kekuatan material.

3. Pengujian Bengkok

Pengujian bengkok atau bending tester merupakan pengujian dengan cara menekan bagian samping material sampai bengkok hingga membentuk lipatan dan hancur. Tujuan dari pengujian ini untuk melihat kekuatan material apabila dibengkokkan bisa bertahan lama atau tidak.

4. Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan atau hardness tester merupakan pengujian dengan cara menekan satu titik di material sampai menembus lapisan material. Pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa keras material, dan biasanya material yang diuji adalah material yang terbentuk dari logam.

Jasa Destructive Testing yang Terpercaya di Indonesia

Apabila Anda berminat untuk melakukan pengujian Destructive Test, PT Graha Survei Indonesia hadir dengan senang hati untuk melayani Anda. Mulai dari identifikasi material, penyiapan peralatan yang dibutuhkan, pengujian, pencatatan hasil, hingga evaluasi akan kami lakukan dengan maksimal.

Kenapa kami? Kami berpengalaman dengan sudah menangani ribuan pekerjaan assessment dan audit struktur, baik di dalam negeri dan di luar negeri. Kami didukung oleh tenaga ahli, engineer, dan teknisi yang berkompeten di bidangnya. Dan juga kami memiliki sertifikasi ISO 9001 certified by TUV SUD.

Kesimpulan

Pada dasarnya, Destructive Testing adalah simulasi kemampuan material terhadap beban. Jadi, suatu beban akan diaplikasikan ke material yang diuji untuk mengetahui, seberapa kuat material tersebut mampu untuk menahan beban.

Lantas, kenapa perlu dilakukan uji Destructive Testing? Yang pertama untuk meyakinkan kualitas material, kemudian untuk menguji sifat material, dan terakhir untuk mencegah kegagalan. Untuk informasi lebih lanjut, Hubungi Kami.

Mengenal Struktur Bangunan Tinggi, Definisi Hingga Tipenya

[us_single_image image=”2171″]

Saat ini, dunia konstruksi sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat, dan salah satu contoh bukti kerjanya adalah dengan hadirnya struktur bangunan tinggi, atau yang biasa dikenal juga dengan sebutan gedung pencakar langit. Istilah gedung pencakar langit adalah sebuah metafora, yang mendeskripsikan betapa tingginya bangunan tersebut.

Kini, sudah banyak bangunan tinggi di Indonesia, terlebih di daerah perkotaan. Ada banyak sekali pihak yang berlomba-lomba membangun gedung pencakar langit dengan berbagai macam motif. Mulai dari motif sebagai entitas bisnis, atau bahkan hanya sekedar pamer. Dan memang tidak bisa dipungkiri, bahwa dengan membangun bangunan yang tinggi menjulang ke atas adalah sebuah solusi untuk menyesuaikan dengan kondisi lahan yang terbatas.

Mungkin kebanyakan dari kita bertanya-tanya, bagaimana sebuah bangunan yang menjulang tinggi bisa berdiri dengan kokoh meskipun bangunan tersebut sudah berusia puluhan tahun?

Struktur Bangunan Tinggi

Sekarang ini, gedung bertingkat sudah menjadi satu hal yang lumrah bagi kebanyakan orang di Indonesia. Bagaimana tidak, kini mudah sekali untuk menemukan gedung bertingkat di sekitar kita. Dengan seiring semakin sedikitnya lahan yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta, maka kemunculan gedung bertingkat juga akan semakin banyak.

Secara garis besar, struktur bangunan tinggi adalah bangunan yang mempunyai banyak lantai, sehingga penghuni bangunan tersebut perlu menggunakan lift untuk mencapai lantai yang ingin dituju.

Gedung bertingkat dibangun dengan menggunakan rangka struktur baja dan ditutup dengan eksterior kaca. Faktor terpenting ketika mendesain bangunan tinggi yaitu adalah dengan memperhatikan kebutuhan bangunan untuk menahan gaya lateral yang bisa ditimbulkan oleh potensi gempa maupun angin.

Karena itu, kebanyakan bangunan tinggi mempunyai struktur rangka yang terbuat dari beton ataupun baja.

Tipe-Tipe Struktur Bangunan Tinggi

Sangat penting bagi setiap bangunan tinggi untuk mempunyai kerangka struktural atau sistem struktur. Apa itu? Yaitu kumpulan material yang saling berhubungan dan saling bergantung untuk membentuk struktur yang kompleks. Tentunya Anda tidak mau bangunan tinggi yang rentan roboh bukan? Karena itu, kerangka struktural ini dirancang serta dibangun untuk menahan beban yang berbeda-beda.

Berikut lebih lengkap mengenai tipe struktur bangunan tinggi.

1. Struktur Braced Frame

Struktur Braced Frame banyak diaplikasikan pada konstruksi baja dan juga cocok untuk bangunan bertingkat yang berada di ketinggian rendah sampai menengah. Kelebihan struktur ini bisa diulang hingga ketinggian bangunan. Kekurangannya adalah bisa menghambat perencanaan internal dan mempengaruhi lokasi jendela dan pintu.

2. Struktur Rangka Kaku

Dalam tipe struktur ini, kolom dan balok dibuat secara monolitik guna menahan beban. Sistem Rigid Frame atau rangka kaku sangat cocok untuk bangunan bertingkat dengan beton bertulang. Elemen struktur ini bisa menahan gaya geser, kelenturan, dan beban aksial.

3. Struktur Wall Frame

Struktur ini terbentuk dari bingkai dan dinding yang berhubungan secara horizontal yang menciptakan struktur yang lebih kaku dan lebih kuat. Struktur ini bisa dijumpai di tangga, poros elevator, dan di sekeliling bangunan.

4. Struktur Shear Wall

Struktur ini sangat cocok untuk menguatkan bangunan tinggi, baik struktur baja ataupun beton bertulang, karena struktur ini mempunyai kekuatan serta kekakuan bidang yang besar.

5. Struktur Core and Outrigger

Struktur Core and Outrigger merupakan struktur horizontal kaku yang dibuat untuk menaikkan kekuatan serta kekakuan. Sistem struktur ini cocok diaplikasikan untuk bangunan yang memiliki hingga 70 lantai, dan juga bisa digunakan pada bangunan yang lebih tinggi lagi.

6. Struktur Infilled Frame

Struktur rangka yang terisi dan terdiri dari kolom serta kerangka balok yang sebagian isinya diisi dengan beton bertulang, pasangan bata, maupun dinding balok. Struktur ini bisa digunakan untuk bangunan yang memiliki hingga 30 lantai.

7. Flat Plate and Flat Slab Structural System

Struktur ini merupakan jenis pelat dua arah yang langsung terhubung ke kolom tanpa menggunakan balok, dan cocok digunakan untuk bangunan yang terdiri dari 25 lantai. Struktur ini bisa mengurangi waktu pengerjaan konstruksi dan ketinggian struktur.

8. Struktur Tabung

Struktur ini mencakup kolom eksterior dan balok yang menghasilkan bingkai kaku. Sedangkan, bagian interior struktur ini adalah kerangka sederhana yang dibuat untuk mendukung beban gravitasi. Struktur ini cocok diaplikasikan untuk bangunan yang memiliki hingga 60 lantai.

Struktur Bangunan Tinggi di Indonesia

Di dunia ini, ada sangat banyak bangunan tinggi yang dibuat oleh berbagai negara, seperti Tokyo Skytree di Jepang, Burj Khalifa di Uni Emirat Arab, Shanghai Tower di China, dan masih banyak bangunan tinggi lainnya di belahan negara yang lain.

Jangan salah, di Indonesia juga terdapat beberapa bangunan pencakar langit, di antaranya:

  1. Autograph Tower Thamrin Nine dengan tinggi 382,9 meter.
  2. Gama Tower dengan tinggi 285,5 meter.
  3. Treasury Tower dengan tinggi 279,5 meter.
  4. Wisma 46 dengan tinggi 262 meter.
  5. Menara Astra dengan tinggi 261,5 meter.

Dan masih ada banyak lagi bangunan atau gedung pencakar lainnya di Indonesia, seperti Sahid Sudirman Centre, Sinarmas MSIG Tower, World Capital Tower, Pakubuwono Signature, dan lain-lain.

Kesimpulan

Kemudian pertanyaannya, apakah bangunan tinggi perlu pengujian? Bangunan tinggi tentunya perlu dilakukan pengujian. Para pemilik bangunan tinggi yang memiliki banyak lantai dibangunannya, harus betul-betul memastikan untuk melakukan audit struktur terhadap bangunannya. Hal ini sangat penting dilakukan, supaya kemungkinan kerusakan pada struktur bangunan bisa teridentifikasi sedini mungkin dan tidak membahayakan para penghuninya.

Apabila saat ini Anda sedang membutuhkan jasa audit struktur bangunan, Anda bisa mempercayakan pekerjaan tersebut pada kami. Kenapa kami? Kami sudah dipercayakan untuk mengerjakan lebih dari ribuan Jobs Assessment dan Audit Struktur baik di dalam maupun di luar negeri, dan kami memiliki sertifikasi ISO 9001 Certified by TUV SUD. Hubungi kami.

Pahami Pentingnya Uji Struktur Bangunan serta Tujuan dan Langkahnya

[us_single_image image=”2166″ size=”full” align=”center”]

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara bisa ditunjukkan dengan banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan di negara tersebut. Pembangunannya pun bisa meliputi gedung-gedung bertingkat, jalan raya dan bahkan hingga jembatan. Perlu diketahui, bahwa dalam setiap pembangunan yang sedang dikerjakan, terdapat material konstruksi yang perlu diuji kelayakannya untuk memastikan, bahwa material tersebut sudah aman untuk diaplikasikan sebagai struktur bangunan. Hal ini bisa dikenal sebagai uji struktur bangunan.

Uji struktur bangunan dilakukan untuk menemukan potensi kerusakan yang bisa membahayakan struktur bangunan itu sendiri. Jadi, dengan melakukan pengujian pada struktur bangunan, hal ini bisa mencegah risiko kerusakan yang bisa terjadi pada suatu bangunan, dan bangunan tersebut pun bisa dioperasikan dalam jangka waktu yang lama.

Untuk lebih jelasnya, di artikel ini kita akan membahas mulai dari pengertian, tujuan, hingga langkah-langkah uji struktur bangunan.

Uji Struktur Bangunan

Pernahkah Anda mendengar tentang uji struktur bangunan? Mungkin istilah ini masih terdengar asing bagi sebagian orang. Secara garis besar, uji struktur bangunan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kelayakan suatu bangunan, guna memastikan bahwa bangunan tersebut sudah aman dan tidak memiliki risiko keamanan yang bisa membahayakan penghuninya ketika bangunan dioperasikan.

Kemunculan retakan pada struktur bangunan, penurunan pondasi, atau bahkan pondasi yang miring adalah tanda-tanda yang bisa menyebabkan bangunan menjadi runtuh. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini, karena itu sangat penting untuk dilakukan pengujian pada struktur bangunan.

Untuk melakukan pengujian struktur bangunan, bisa dikerjakan ketika bangunan belum dioperasikan dan diresmikan untuk memastikan, apakah kekuatan struktur bangunan sudah sesuai dengan rencana pembangunan. Selain itu, pengujian struktur bangunan juga bisa dilakukan secara berkala setelah bangunan dioperasikan, untuk memastikan performa struktur bangunan tidak menurun terhadap pengaruh cuaca, lingkungan, dan juga gempa bumi.

Tujuan Uji Struktur Bangunan

Tidak bisa dipungkiri bahwa mungkin ada sebagian orang yang beranggapan jika melakukan pengujian struktur bangunan hanya akan menambah pengeluaran saja. Padahal dengan melakukan uji struktur bangunan, Anda akan menerima fungsi dan manfaat yang sangat penting.

Walaupun Anda memang harus mengeluarkan biaya tambahan, tapi sangat sepadan dengan manfaat yang akan Anda terima nantinya. Sebab, tujuan melakukan uji struktur bangunan itu sendiri yaitu untuk menghindari kerusakan pada bangunan yang bisa menciptakan risiko kerugian yang tinggi. Selain itu, dengan melakukan pengujian pada struktur bangunan, ini juga akan menjamin keamanan dan keselamatan para penghuni bangunan dari kemungkinan bahaya, seperti misalnya gedung yang runtuh.

Karena itu jika ingin membuat para penghuni bangunan merasa aman, para pemilik bangunan harus sungguh-sungguh melakukan pengujian pada struktur bangunannya. Kenapa? Agar kemungkinan kerusakan pada struktur bangunan bisa teridentifikasi sedini mungkin.

Langkah-Langkah Uji Struktur Bangunan

Untuk melakukan pengujian struktur, dibutuhkan bantuan dari konsultan yang berpengalaman di bidang struktur konstruksi bangunan, memiliki lisensi yang dikeluarkan oleh otoritas bersangkutan dan diakui oleh pemerintah, didukung oleh para pakar di bidangnya, serta memiliki peralatan pengujian yang valid, legal, dan juga bersertifikat.

Dalam hal ini, PT. Graha Survei Indonesia sudah berpengalaman dalam pelaksanaan penilaian dan pengujian struktural bangunan baik di dalam ataupun di luar negeri. Selain itu, dalam melakukan pengujian struktur bangunan, terdapat beberapa langkah-langkah yang kami lakukan agar pengujian bisa mendapatkan hasil yang akurat.

1. Survei Awal Uji Struktur Bangunan

Survei awal dilakukan untuk menganalisis tingkat kerusakan pada struktur bangunan dan juga untuk mengetahui titik lokasi kerusakan yang akan direnovasi. Selain itu, dengan melakukan survei awal ini, nantinya juga akan di analisis mengenai kemungkinan estimasi biaya renovasi.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Langkah kedua dari uji struktur bangunan adalah pengumpulan data. Data-data yang dikumpulkan diambil dari informasi dan data yang berhubungan dengan struktur bangunan, seperti as built drawing, laporan perhitungan struktur, dan data penyelidikan tanah. Apabila ditemukan sebagian data-data tersebut tidak tersedia, maka akan dilakukan pekerjaan rekayasa engineering, supaya perhitungan struktur bisa dilakukan.

3. Observasi dan Pemetaan Kerusakan

Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kerusakan dan membuat peta kerusakan yang akan menjadi dasar pemilihan uji struktur. Seluruh komponen bangunan diperiksa, termasuk tidak terbatas pada, atap, balkon, pagar, pelat lantai, balok, dan kolom. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kebocoran, keretakan, dan ketahanan beton.

4. Pengujian Non Destructive Test

Pemeriksaan daya tahan dan kekuatan beton adalah elemen penting yang bisa menentukan berapa lama usia bangunan dan keamanannya. Demi mengetahui hal ini, Non Destructive Test atau pengujian tanpa merusak penting dilakukan untuk memeriksa daya tahan dan kekuatan beton, level korosi, serta ketahanan serangan kimia.

Jenis Metode Non Destructive Test

Berikut adalah beberapa jenis layanan Non Destructive Test yang kami sediakan, seperti:

1. Cover Meter & Scanning Rebar Test

Jenis NDT ini dilakukan dengan memakai gelombang ultrasonik yang berfungsi untuk mengukur ketebalan selimut beton, perkiraan diameter tulangan, serta jarak antar tulangan.

2. Rebound Hammer Test

Rebound Hammer Test adalah pengujian yang bertujuan untuk memprediksi nilai kuat tekan beton berdasarkan kekerasan permukaan beton.

3. Hardness Test

Hardness Test merupakan metode yang dipakai untuk menguji kekerasan suatu material. Cara kerjanya yaitu hardness test akan memaksa indentor untuk menekan ke permukaan tablet diikuti dengan pengukuran luas permukaannya.

4. Half-Cell Potential Test

Tes ini bertujuan untuk memastikan kemungkinan korosi di tulangan yang terdapat pada struktur beton. Uji ini bisa memberikan banyak manfaat, selain biaya yang dikeluarkan untuk uji ini termasuk murah juga uji ini mengeluarkan hasil yang akurat.

5. Ultrasonic Thickness Test

Pengujian ini termasuk salah satu Non Destructive Test yang digunakan untuk mengukur ketebalan suatu material, seperti baja, beton, kaca, dan pipa.

6. Ultrasonic Pulse Velocity Test

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi mutu integritas beton dengan menggunakan gelombang ultrasonik.

Pentingnya Uji Struktur Bangunan dalam Bidang Konstruksi

Uji struktur bangunan adalah suatu aktivitas yang sangat penting untuk dilakukan pada setiap bangunan sebelum bangunan tersebut diresmikan. Hal ini penting demi menjaga keselamatan para penghuni bangunan ketika bangunan sudah dioperasikan.

Dengan melakukan pengujian struktur bangunan, Anda akan mendapatkan laporan dan saran dari kami mengenai rekomendasi kelayakan bangunan, rekomendasi renovasi, serta kinerja struktur bangunan yang memuat tentang kenyamanan, keamanan, dan standar bangunan pada aturan yang berlaku.

Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi kami.